Friday, May 29, 2015

Sajak-sajak Beni Setia

Pro Literasi. Jepara

kartini pandai membaca kondisi
di kesekitaran

mengungkapkannya pada bungkam
aksara lembar majalah,

pada hamparan koran, pada rahmat
yang mengeja surat

harapan sunyi yang mengembara
--kekal melintas waktu

persis seperti yang diteriakkan di
gua sunyi--baca …

2015


Kubah Ratap, Soreang

kenapa kanak suka menggambar
gunung? apa karena

itu julangan pengaling pembatas,
si tanda perspektif?

ataukah bawah sadar mengingatkan
ruh: jangan bersantai

--ketika masa kanak surut, segala
menjadi sulit

2015


Sebelum Bubung, Soreang

kadang terpikir--ini si perjalanan
yang penghabisan

bersandar pada kursi saat kereta
menuju bungkam

kampung yang jauh, anak yang
riuh. semua tidak terjangkau

lantas melambung. diserap zenith.
--bagai disentakkan lift

menjadi sunyi. sendiri. senantiasa
termangu

2015


Setapak, Soreang

rindu seperti setapak becek:
ngungun, memenjang. tapi

sering mengkerut. meski, kalau
kau tahu: hanya beberapa

mili saja. si yang bukan apa-apa
dibanding jarak

--hempangan ingin mengubur
semua muai. menguruk jurang

memeram rindu, menelan gigil
dengan membungkam depan

jembatan. raung di ujung rindu
: gumpalan beku

2015


Bumi Wiyata, Depok 1


hotel selalu mengingatkan
kepada pulang. jendela

terbuka, kebun sempit, ruap
sarapan, dan koran pagi

pematik hari. di sini hanya
rindu--berteman tv,

menyedu kopi, menunggu
waktu untuk pergi sarapan

--sendiri tanpa kawan untuk
bercakap. tanpa obrolan

2015


Bumi Wisata, Depok 2


di kamar tingkat empat: mendadak
teringat ungun dari

jerami basah, aroma tanah
lumpur mengering. ruap

keringat, senyum sepanjang
pematang dan setapak. asa

serta mantera. riang menabur
jelang paceklik datang

di sini aku kesepian. terkurung
yang serba steril

2015


Hutan UI, Depok


selangkah dari lantai gerbong
krd: sampai di ui,

di tengah hutan kota, ke dekat
kolam--resapan luka

serta kelebat hitam pisau belati
niat yang jahat

ketika siang habis, menjelang
malam tiba, ketika

penjaga lupa berkawal. hanya 
satu langkah--meloncat

dari si gerbong, dari kerumunan
dan rangkulan nyaman

2015




--------
Beni Setia, lahir di Bandung, 1954. Ia menyelesaikan pendidikannya di Sekolah Menengah Pertanian Atas, Soreang, Bandung (1974). Ia menulis cerpen, puisi, dan esai sosial-budaya dalam bahasa Indonesia dan bahasa Sunda. Bukunya: Legiun Asing: Tiga Kumpulan Sajak (1987), Dinamika Gerak (1990), dan Harendong (1996). Kini ia tinggal bersama keluarganya di Caruban, Madiun, Jawa Timur. Beni memilih menulis sebagai profesi tunggalnya.


Fajar Sumatera, Jumat, 29 Mei 2015.

No comments:

Post a Comment