Friday, September 11, 2015

Sajak-sajak Dahta Gautama

Belajar Memelihara Bunga

Dik, tunggu aku di situ ya.. Di trotoar di dekat perpustakaan itu. Pinjamkan buku, sebelum kita bertemu. Bunga-bunga di halaman rumah kita layu, aku ingin tahu cara menggemburkan tanah, jenis pupuk dan memangkas ranting-ranting tua. Aku ingin belajar upaya memelihara bunga, agar tak lekas kuyu.


Tata Letak

Saya tak pernah percaya, jika engkau pernah ingat kepada hari-hari itu. Tempat, dimana cinta tak sembarang tumbuh. Letak bunga-bunga mengeluarkan wanginya. Saya tak pernah percaya kampung halaman, tapi saya selalu mempercayai mu, dengan benar dengan tata letak yang tak pernah keliru.



Pernah pada Suatu Hari

Pernah pada suatu hari, di tempat yang membosankan, karena terlalu banyak orang-orang mengeluarkan ide dan bercakap-cakap, aku ingin berlari menuju sepi. Dimana, cuma ada angin, cinta dan bunyi batang bambu di injak burung.



Aku Ingin Melukai

Aku sedang memikirkan hal lain: mungkin tindakan yang tak pernah aku lakukan. Aku ingin menyelingkuhi keinginan untuk berhenti di hatimu. Aku ingin melukaimu sedikit saja, tak seberapa, mungkin tak sampai sepenggal pikiranmu.



Takdir

angin tak mungkin tamat di rumahku.
sebab itu, aku tak percaya ramalan getasmu
bahwa aku akan jatuh cinta, minggu depan.
sebagaimana takdir lain, kekhawatiran sebenarnya
diciptakan oleh lelaku kita. kalau saja kita percaya
bahwa air mata diciptakan oleh takdir.
maka angin tak pernah berhenti di halaman rumah kita
dan kita tak mungkin mempercakapkan kematian.


Sepertinya Aku Tersesat

Kita tak pernah lupa bagaimana cara memperlakukan Tuhan.
oleh karenanya, kita tak menginginkan keadaan yang sama
ketika kita dalam kondisi sakit. Sebab itulah kita menyusuri jalan itu
tempat kita mengenal miskin.
Apa hendak, ketika aku ternyata tersesat di bawah rimbun pohon angsana.
Aku membuntuti Tuhan, di wajah orang-orang berjalan.



Dia yang Hanyut


daun-daun angsana tergesek pelepah bambu.
sehelai masuk ke kali.
bila sudah begitu, tak pernah
ada waktu bercinta.
sebab cinta menjadi tenaga yang gagah
ia tak pernah hanyut
dan tersangkut batu.




Bekas Tangan Tertinggal di Hendel Pintu

engkau meragukan kebenaran lain dalam hidup kita.
ketika aku bilang, tuhan datang ke dalam kamar tidurku
tadi malam. dia memandangku dari balik gordin
kemudian memegang pundakku dari depan.
kami bercakap-cakap tentang hewan
dan aku menanggapinya dengan ngantuk.
ketika aku terbangun, jam sudah siang.
tuhan benar-benar datang pada malam itu
dia membuka gordin dan menutupnya kembali
bekas tangannya melemah di handel pintu.




------------------
Dahta Gautama. Lahir di Hajimena, Lampung Selatan, 24 Oktober 1974. Menekuni sastra secara serius sejak tahun 1990-an. Menulis puisi di sejumlah media daerah dan nasional. Puisi-puisinya juga, terdokumentasi di 17 buku antologi bersama. Buku puisinya yang telah terbit: Ular Kuning (2011) dan Manusia Lain (2013). Kini ia berprofesi sebagai advokat di LBH Dinamika Bangsa, dan Pemimpin Umum Surat Kabar Mingguan Dinamikanews. 
Fajar Sumatera, Jumat, 11 September 2015

No comments:

Post a Comment