Saat Paling Puitis
saat paling puitis
ketika cinta
disapa luka
airmata
menjelma kata
saat paling puitis
ketikadosa
menulis raga
kesilapan
menjelma doa
2015
Percakapan Suami kepada Istri
malam lebam. awan menggulung wajah bulan.
di atas dipan yang rewel. lantaran usia telah memakan tubuh.
seorang suami bercakap kepada istrinya. sambil sesekali
memandang langit-langit kamar yang memar.
“baru saja aku bermimpi. kita sekeluarga naik pesawat.
pelesiran ke negeri luar. datangi kota-kota. tempat tujuh
keajaiban dunia berada.”
“syukurlah. meski semua itu hanyalah bunga. yang mekar
di tubuh malam. setidaknya kita telah rasakan kebahagiaan.
Ketimbang kenyataan yang tiada pernah tandang.
2015
Bukan Api
sejak engkau ciptakan awan
dan turunkan hujan
aku bukanlah api
yang selalu menghimpun bara
dan mengirim hangat padamu
2015
Bintang
di rumahnya
yang paling sempurna
ia berkedip mesra
tiada hendak jadi apa
sedang kita
masih setia bersandiwara
menjadi bintang dunia
2015
Ihwal Perjumpaan
akulah gelombang
yang terus berlari
meski batu karang
garang menghadang
sebab aku tahu
engkau adalah pantai
tempat di mana gelombang
mesti dipertemukan
2015
MenemukanTuhan
di tengah sandiwara
yang sedang dimainkan
aku menemukan-Mu
pada bintang bergelantungan
dan senyum bulan
2015
Mata Ibu
penanggalan musim ini
belum juga genapkan hitungnya
tapi deru rindu sudah mengoyak kalbu
serupa beliung begitu gairah
robohkan istana atas tanah
mata ibu
adalah rumah paling indah
tempat larungkan segala resah
2015
-------------
Edi Purwanto, lahir 7 Juli 1971. Menyelesaikan pendidikan sarjana pada Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung. Saat ini mengabdi di SMA Negeri 2 Negerikaton, Pesawaran.
Fajar Sumatera, Jumat, 9 Oktober 2015
saat paling puitis
ketika cinta
disapa luka
airmata
menjelma kata
saat paling puitis
ketikadosa
menulis raga
kesilapan
menjelma doa
2015
Percakapan Suami kepada Istri
malam lebam. awan menggulung wajah bulan.
di atas dipan yang rewel. lantaran usia telah memakan tubuh.
seorang suami bercakap kepada istrinya. sambil sesekali
memandang langit-langit kamar yang memar.
“baru saja aku bermimpi. kita sekeluarga naik pesawat.
pelesiran ke negeri luar. datangi kota-kota. tempat tujuh
keajaiban dunia berada.”
“syukurlah. meski semua itu hanyalah bunga. yang mekar
di tubuh malam. setidaknya kita telah rasakan kebahagiaan.
Ketimbang kenyataan yang tiada pernah tandang.
2015
Bukan Api
sejak engkau ciptakan awan
dan turunkan hujan
aku bukanlah api
yang selalu menghimpun bara
dan mengirim hangat padamu
2015
Bintang
di rumahnya
yang paling sempurna
ia berkedip mesra
tiada hendak jadi apa
sedang kita
masih setia bersandiwara
menjadi bintang dunia
2015
Ihwal Perjumpaan
akulah gelombang
yang terus berlari
meski batu karang
garang menghadang
sebab aku tahu
engkau adalah pantai
tempat di mana gelombang
mesti dipertemukan
2015
MenemukanTuhan
di tengah sandiwara
yang sedang dimainkan
aku menemukan-Mu
pada bintang bergelantungan
dan senyum bulan
2015
Mata Ibu
penanggalan musim ini
belum juga genapkan hitungnya
tapi deru rindu sudah mengoyak kalbu
serupa beliung begitu gairah
robohkan istana atas tanah
mata ibu
adalah rumah paling indah
tempat larungkan segala resah
2015
-------------
Edi Purwanto, lahir 7 Juli 1971. Menyelesaikan pendidikan sarjana pada Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung. Saat ini mengabdi di SMA Negeri 2 Negerikaton, Pesawaran.
Fajar Sumatera, Jumat, 9 Oktober 2015
No comments:
Post a Comment