Friday, October 9, 2015

Sajak-sajak Edi Purwanto

Saat Paling Puitis

saat paling puitis
ketika cinta
disapa luka
airmata
menjelma kata

saat paling puitis
ketikadosa
menulis raga
kesilapan
menjelma doa

2015




Percakapan Suami kepada Istri

malam lebam. awan menggulung wajah bulan.
di atas dipan yang rewel. lantaran usia telah memakan tubuh.
seorang suami bercakap kepada istrinya. sambil sesekali
memandang langit-langit kamar yang memar.

“baru saja aku bermimpi. kita sekeluarga naik pesawat.
pelesiran ke negeri luar. datangi kota-kota. tempat tujuh
keajaiban dunia berada.”

“syukurlah. meski semua itu hanyalah bunga. yang mekar
di tubuh malam. setidaknya kita telah rasakan kebahagiaan.
Ketimbang kenyataan yang tiada pernah tandang.

2015



Bukan Api

sejak engkau ciptakan awan
dan turunkan hujan
aku bukanlah api
yang selalu menghimpun bara
dan mengirim hangat padamu

2015



Bintang

di rumahnya
yang paling sempurna
ia berkedip mesra
tiada hendak jadi apa

sedang kita
masih setia bersandiwara
menjadi bintang dunia

2015


Ihwal Perjumpaan

akulah gelombang
yang terus berlari
meski batu karang
garang menghadang

sebab aku tahu
engkau adalah pantai
tempat di mana gelombang
mesti dipertemukan

2015



MenemukanTuhan

di tengah sandiwara
yang sedang dimainkan
aku menemukan-Mu
pada bintang bergelantungan
dan senyum bulan

2015




Mata Ibu

penanggalan musim ini
belum juga genapkan hitungnya
tapi deru rindu sudah mengoyak kalbu
serupa beliung begitu gairah
robohkan istana atas tanah

mata ibu
adalah rumah paling indah
tempat larungkan segala resah

2015


-------------
Edi Purwanto, lahir 7 Juli 1971. Menyelesaikan pendidikan sarjana pada Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung. Saat ini mengabdi di SMA Negeri 2 Negerikaton, Pesawaran.


Fajar Sumatera, Jumat, 9 Oktober 2015

No comments:

Post a Comment