Tak Ada Esok di Kalendermu
seperti tak ada esok
di kalendermu yang sobek
maka kau bikin lagi
tanggal dan hari -- kau
abai membubuhi
waktu -- sehingga
jam tak mencatat
kematian ini. lalu senja
semakin lamur. asap
mengabut. pandangmu
mulai padam
esok seperti tiada
dalam catatan harianmu
dan kalender yang sobek
menghapus ingatanmu:
kapan kelahiranmu,
juga kematianmu
yang kian tak tercatat!
25.09.2015
Pesta Usai
selamatkan malam, ujarmu,
ketika listrik tak lagi padam.
padamu benderang datang.
tapi wajahmu masih merah,
kau tetap pemberang
mengutuk setiap orang
meski tak pernah tahu
apa makna serapahmu
padahal bersama kawankawanmu
rumah pun dibangun.
rumah sunyi tanpa suara
bahkan genderang perabot jatuh
kau padamkan. hingga gema pun hilang
meski pesta telah usai. undangan belum
pula kau buang ke sampah: masih ada
namamu yang diam tatkala seseorang
melipat undangan punyaku
dan tak pernah terkirim
sungguh, kulihat kau menuju
kamar mandi dan mencuci kedua tanganmu
berlumur darah: semalam pembunuhan
berlangsung, kaukah ikut menujah?
pesta telah usai. kau masih
di dalam tarup itu. sebagai orang
yang menghimpun
segala kiriman: sebagai sahibulhajat
23-25.September 2015
Bulan Mengambang
dan musik itu. penyanyi
di panggung kecil itu. lalu
mejameja bundar. segelas
jus melon. sebatang rokok. -- sudah beberapa
batang lumat di bibirku -- tapi masih saja
dingin dan sunyi. tak ada kau di kursi ini
dan malam makin bergayut di janggutku
yang tingal helaian. mata yang mulai
layu. tapi hasrat ingin pelesir
biar pun hanya desir
di bulan yang mengambang
cinta pun sumbang
BSA, 26 September 2015
Ulang Tahun
: JauhariZailani
ini hari, kalender mengingatkanmu
tentang tangis pertama
mula menatap dunia
juga di ini hari bermil-mil lalu
pertama kau basahi kasur,
popok, selimut
matamu ke langit-langit
sebuah tulisan panjang
tentang rahasia mendatang
"awal langkahku untuk bermil-mil lagi."
kini, di ini hari
kau tengok ke belakang
misteri di depan:
kau bergegas
tapi jangan dulu sudahi...
5 Oktober 2015
----------------
Isbedy Stiawan ZS, lahir dan besar di Tanjungkarang, Lampung. Menulis puisi, cerpen, esai, dan karya jurnalistik yang disiarkan di berbagai media Jakarta dan daerah. Buku puisinya Menuju Kota Lama memenangkan sayembara buku puisi pada Hari Puisi Indonesia (2014) dan kumpulan cerpen Perempuan di Rumah Panggung masuk 10 besar Khatulistiwa Literary Award (2014). Tahun ini diluncurkan kumpulan puisi terbarunya Pagi Lalu Cinta dan kumpulan cerpen Tumang.
Fajar Sumatera, Jumat, 23 Oktober 2015
seperti tak ada esok
di kalendermu yang sobek
maka kau bikin lagi
tanggal dan hari -- kau
abai membubuhi
waktu -- sehingga
jam tak mencatat
kematian ini. lalu senja
semakin lamur. asap
mengabut. pandangmu
mulai padam
esok seperti tiada
dalam catatan harianmu
dan kalender yang sobek
menghapus ingatanmu:
kapan kelahiranmu,
juga kematianmu
yang kian tak tercatat!
25.09.2015
Pesta Usai
selamatkan malam, ujarmu,
ketika listrik tak lagi padam.
padamu benderang datang.
tapi wajahmu masih merah,
kau tetap pemberang
mengutuk setiap orang
meski tak pernah tahu
apa makna serapahmu
padahal bersama kawankawanmu
rumah pun dibangun.
rumah sunyi tanpa suara
bahkan genderang perabot jatuh
kau padamkan. hingga gema pun hilang
meski pesta telah usai. undangan belum
pula kau buang ke sampah: masih ada
namamu yang diam tatkala seseorang
melipat undangan punyaku
dan tak pernah terkirim
sungguh, kulihat kau menuju
kamar mandi dan mencuci kedua tanganmu
berlumur darah: semalam pembunuhan
berlangsung, kaukah ikut menujah?
pesta telah usai. kau masih
di dalam tarup itu. sebagai orang
yang menghimpun
segala kiriman: sebagai sahibulhajat
23-25.September 2015
Bulan Mengambang
dan musik itu. penyanyi
di panggung kecil itu. lalu
mejameja bundar. segelas
jus melon. sebatang rokok. -- sudah beberapa
batang lumat di bibirku -- tapi masih saja
dingin dan sunyi. tak ada kau di kursi ini
dan malam makin bergayut di janggutku
yang tingal helaian. mata yang mulai
layu. tapi hasrat ingin pelesir
biar pun hanya desir
di bulan yang mengambang
cinta pun sumbang
BSA, 26 September 2015
Ulang Tahun
: JauhariZailani
ini hari, kalender mengingatkanmu
tentang tangis pertama
mula menatap dunia
juga di ini hari bermil-mil lalu
pertama kau basahi kasur,
popok, selimut
matamu ke langit-langit
sebuah tulisan panjang
tentang rahasia mendatang
"awal langkahku untuk bermil-mil lagi."
kini, di ini hari
kau tengok ke belakang
misteri di depan:
kau bergegas
tapi jangan dulu sudahi...
5 Oktober 2015
----------------
Isbedy Stiawan ZS, lahir dan besar di Tanjungkarang, Lampung. Menulis puisi, cerpen, esai, dan karya jurnalistik yang disiarkan di berbagai media Jakarta dan daerah. Buku puisinya Menuju Kota Lama memenangkan sayembara buku puisi pada Hari Puisi Indonesia (2014) dan kumpulan cerpen Perempuan di Rumah Panggung masuk 10 besar Khatulistiwa Literary Award (2014). Tahun ini diluncurkan kumpulan puisi terbarunya Pagi Lalu Cinta dan kumpulan cerpen Tumang.
Fajar Sumatera, Jumat, 23 Oktober 2015
No comments:
Post a Comment