Pasar Gudang Lelang
rembang fajar di gudang lelang
layar terlipat perahu berjajar
sandar melego jangkar
hiruk pikuk pedagang, tengkulak, juragan
dan teriakan juru lelang
memecah pagi yang gigil
: lamat-lamat terdengar suara anak-istri memanggilmanggil
semalaman doa dan harapan mereka dedahkan padaMu
pagi ini,
setelah semalaman mengakrabi laut
berpeluh melempar sauh
ikan-ikan segar numpuk berjajar
dikera juru lelang
ditukar uang
pagi ini,
sejumlah rupiah tergenggam
untuk setoran juragan sebagian
untuk anak-istri yang menanti
Teluk Betung, Agustus 2015
Memoribilia Johar
tinggal jejak, kenangan
dan mimpi buruk yang tersisa
bulan mei jadi saksi
ketika tubuhmu terbakar dilalap api
menyisakan luka
pada jiwa
coba kupunguti puingpuing kenangan
dari tubuhmu yang terbakar
sejumlah memorabilia
Thomas Karsten yang membenamkan kolom
dan tentangmu yang pernah sohor
terbesar dan tercantik di jazirah Asia
tinggal jejak, kenangan
dan mimpi buruk yang tersisa
: siapa yang membakar kenangan dan memorabilia
yang menyisakan nestapa
pada jiwa-jiwa
luka
Semarang, 17 Juli 2015
Instalasi Pasar Gede
sebuah siang aku berkunjung menggenggam rindu
lama tak menyambangimu
ada sapa hangat yang menggugah rasa
lewat kudapan keratan-keratan daging dalam pincuk
lalu sapaan cendol selasih bu darmi,
atau tahok berkuah jahe di pojok pasar
siap menggelontor kerongkongan yang dahaga
serasa welcome drink di hotel berbintang
masih seperti dulu
bertahun-tahun lalu
rasa itu
di tengah hiruk pikuk pasar
adalagi daharan rambak , cakar, baling-baling, cak we, sosis solo
dan bau harum intip yang digoreng mbak-mbak
semerbak kuah soto, bakso solo,
legitnya kuah sambal pecel yang mengguyur sayuran dalam pincuk,
selat solo, nasi kucing dan lauk pepak di angkringan
di antara aroma rempah-rempah
dan toko perabotan-perabotan kampung
dalam instalasi bangunan tua pasar gede yang terjaga
sapaan ramah mbok-mbok dan tukang becak
masih seperti dulu
bertahun-tahun lalu
rasa itu
selalu membuat rindu
: untuk kembali bertemu
Solo, 12 September 2015
Pasar Semawis
kya kya memburu rasa
muara para badoger menggoyang lidah
berjajar kuliner dalam kedai-kedai
orang-orang bergegas
memburu babi panggang, hiwan, bak cang, lumpia, sosis, humberger,
bersanding pecel, gudeg, soto, mie titi, pisang plenet dan tahu gimbal
aneka minuman segar, es hawa dan es conglik olahan kacung cilik
tawa dan celoteh bersliweran
dari mulut-mulut setengah penuh kudapan
ditingkahi suara karaoke jalanan yang fals
lagu mandarin semarangan yang khas
kya kya memburu rasa
hiruk pikuk di pasar semawis
di akhir pekan
bertukar kultural
bertukar rasa
rindu
Semarang, 6 September 2015
-------------------------
Christian Heru Cahyo Saputro, pejalan, jurnalis, penyuka puisi, dan bergiat di Dewan Kesenian Lampung dan Jung Foundation Lampung Heitage.
Fajar Sumatera, Jumat, 27 November 2015
rembang fajar di gudang lelang
layar terlipat perahu berjajar
sandar melego jangkar
hiruk pikuk pedagang, tengkulak, juragan
dan teriakan juru lelang
memecah pagi yang gigil
: lamat-lamat terdengar suara anak-istri memanggilmanggil
semalaman doa dan harapan mereka dedahkan padaMu
pagi ini,
setelah semalaman mengakrabi laut
berpeluh melempar sauh
ikan-ikan segar numpuk berjajar
dikera juru lelang
ditukar uang
pagi ini,
sejumlah rupiah tergenggam
untuk setoran juragan sebagian
untuk anak-istri yang menanti
Teluk Betung, Agustus 2015
Memoribilia Johar
tinggal jejak, kenangan
dan mimpi buruk yang tersisa
bulan mei jadi saksi
ketika tubuhmu terbakar dilalap api
menyisakan luka
pada jiwa
coba kupunguti puingpuing kenangan
dari tubuhmu yang terbakar
sejumlah memorabilia
Thomas Karsten yang membenamkan kolom
dan tentangmu yang pernah sohor
terbesar dan tercantik di jazirah Asia
tinggal jejak, kenangan
dan mimpi buruk yang tersisa
: siapa yang membakar kenangan dan memorabilia
yang menyisakan nestapa
pada jiwa-jiwa
luka
Semarang, 17 Juli 2015
Instalasi Pasar Gede
sebuah siang aku berkunjung menggenggam rindu
lama tak menyambangimu
ada sapa hangat yang menggugah rasa
lewat kudapan keratan-keratan daging dalam pincuk
lalu sapaan cendol selasih bu darmi,
atau tahok berkuah jahe di pojok pasar
siap menggelontor kerongkongan yang dahaga
serasa welcome drink di hotel berbintang
masih seperti dulu
bertahun-tahun lalu
rasa itu
di tengah hiruk pikuk pasar
adalagi daharan rambak , cakar, baling-baling, cak we, sosis solo
dan bau harum intip yang digoreng mbak-mbak
semerbak kuah soto, bakso solo,
legitnya kuah sambal pecel yang mengguyur sayuran dalam pincuk,
selat solo, nasi kucing dan lauk pepak di angkringan
di antara aroma rempah-rempah
dan toko perabotan-perabotan kampung
dalam instalasi bangunan tua pasar gede yang terjaga
sapaan ramah mbok-mbok dan tukang becak
masih seperti dulu
bertahun-tahun lalu
rasa itu
selalu membuat rindu
: untuk kembali bertemu
Solo, 12 September 2015
Pasar Semawis
kya kya memburu rasa
muara para badoger menggoyang lidah
berjajar kuliner dalam kedai-kedai
orang-orang bergegas
memburu babi panggang, hiwan, bak cang, lumpia, sosis, humberger,
bersanding pecel, gudeg, soto, mie titi, pisang plenet dan tahu gimbal
aneka minuman segar, es hawa dan es conglik olahan kacung cilik
tawa dan celoteh bersliweran
dari mulut-mulut setengah penuh kudapan
ditingkahi suara karaoke jalanan yang fals
lagu mandarin semarangan yang khas
kya kya memburu rasa
hiruk pikuk di pasar semawis
di akhir pekan
bertukar kultural
bertukar rasa
rindu
Semarang, 6 September 2015
-------------------------
Christian Heru Cahyo Saputro, pejalan, jurnalis, penyuka puisi, dan bergiat di Dewan Kesenian Lampung dan Jung Foundation Lampung Heitage.
Fajar Sumatera, Jumat, 27 November 2015
No comments:
Post a Comment