Partitur Senja
dalam alunan senja
jemari angin menjatuhkan
daun-daun di taman lalu rindu
bermuara pada bayang wajahmu
yang melompat dari balik cermin
inikah kesedihan bergelombang
tanpa batas dengan jemarimu
kau usap setiap potret waktu
ruap doa bergema dalam lorong sunyi
menyusup dalam riak-riak cahaya
2015
Episode Sebuah Senja
melewati senja bersamamu
begitu kekal rindu bertamu
menuju daun pintu dalam
jemari angin ada sentuhan
jemarimu mengusap setiap
tetesan kesedihan dalam retakan
waktu seperti air yang mengalir
mungkin cinta ini selalu menetes
dari sorot matamu selalu ada
guguran kata-kata menyusup
bersama rupa-rupa kenangan
2015
Kekasih Kenangan
Ruap matahari menjalar dalam
rongga dada ada aroma rindu
pada sujud batu–batu lalu
jemari angin meluruhkan daun-daun
menuju rebah tanah kau dengan mata
setajam pisau menaburkan doa pada
punggung langit yang terbuka hingga sebuah
gerbang musim cinta terbuka kekasih kenangan
inikah kesedihan tergambar dalam potret waktu
dalam keheningan senja jemarimu mengusap
setiap percik luka membasuh dengan kuntum cahaya
2015
Kepada Pertemuan
di sebuah taman kita di pertemukan
dengan wajah yang lain seperti
kicau burung-burung melukis langit
dengan irama senja gerak kakimu
selincah hujan dan iramanya lalu
dari baying wajahmu memantul
riak-riak cahaya mengekalkan sebuah
cinta dalam retakan pertemuan doa-doa mengalir
menuju serpihan waktu lalu kita mengeja rindu
dari sorot mata musumbu kesetiaan itu menyala
menyimpan tarian api pecah dalam pusaran kesunyian
2015
Memori Sebuah Senja
pada celah angin yang bergemuruh
rinduku di pupuk di bawah rebah tanah
kembali menjadi pucuk-pucuk melati
saat jering burung-burung menjadi
isyarat cinta kekal dalam debar dada
di selatan aku memanggul kayu dengan
berharap menarik ulur hatimu lalu
hatiku seperti benang lepas dari layang-layang
tubuhku pecah menjadi irama senja bersemayam
menari di atas panggung lalu kau mengasah pisau tipis
untuk mengerat nadiku keluarlah darah segar tertulis
sebagai keindahan namamu di gali dari rimbunan kata-kata
2014
Di Sebuah Taman
di sebuah taman
Rindu mengetuk daun waktu
menyusupbersamaanginmerdu
bagai riak kolam
kedip matamu direstui ikan-ikan
memecah kesunyian
yang berlumut di lidahku
ada guguran harapan
ada yang mekar serupa dendam
lalu dari ujung bulu matamu
berkelin dan manik-manik cahaya
menari di keluasan altar udara
menuju jantung puisi
yang berdegup kencang
di dalam dadaku
yang kini sesubur taman-Nya
2015
-----------------------
Muhamad Arfani Budiman, lahir di Bandung, 6 Januari 1989. Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung ini aktif di Arena Studi Apresiasi Sastra (ASAS) UPI. Buku puisinya: Pengakuan Bulan (2013).
Fajar Sumatera, Jumat, 13 November 2015
dalam alunan senja
jemari angin menjatuhkan
daun-daun di taman lalu rindu
bermuara pada bayang wajahmu
yang melompat dari balik cermin
inikah kesedihan bergelombang
tanpa batas dengan jemarimu
kau usap setiap potret waktu
ruap doa bergema dalam lorong sunyi
menyusup dalam riak-riak cahaya
2015
Episode Sebuah Senja
melewati senja bersamamu
begitu kekal rindu bertamu
menuju daun pintu dalam
jemari angin ada sentuhan
jemarimu mengusap setiap
tetesan kesedihan dalam retakan
waktu seperti air yang mengalir
mungkin cinta ini selalu menetes
dari sorot matamu selalu ada
guguran kata-kata menyusup
bersama rupa-rupa kenangan
2015
Kekasih Kenangan
Ruap matahari menjalar dalam
rongga dada ada aroma rindu
pada sujud batu–batu lalu
jemari angin meluruhkan daun-daun
menuju rebah tanah kau dengan mata
setajam pisau menaburkan doa pada
punggung langit yang terbuka hingga sebuah
gerbang musim cinta terbuka kekasih kenangan
inikah kesedihan tergambar dalam potret waktu
dalam keheningan senja jemarimu mengusap
setiap percik luka membasuh dengan kuntum cahaya
2015
Kepada Pertemuan
di sebuah taman kita di pertemukan
dengan wajah yang lain seperti
kicau burung-burung melukis langit
dengan irama senja gerak kakimu
selincah hujan dan iramanya lalu
dari baying wajahmu memantul
riak-riak cahaya mengekalkan sebuah
cinta dalam retakan pertemuan doa-doa mengalir
menuju serpihan waktu lalu kita mengeja rindu
dari sorot mata musumbu kesetiaan itu menyala
menyimpan tarian api pecah dalam pusaran kesunyian
2015
Memori Sebuah Senja
pada celah angin yang bergemuruh
rinduku di pupuk di bawah rebah tanah
kembali menjadi pucuk-pucuk melati
saat jering burung-burung menjadi
isyarat cinta kekal dalam debar dada
di selatan aku memanggul kayu dengan
berharap menarik ulur hatimu lalu
hatiku seperti benang lepas dari layang-layang
tubuhku pecah menjadi irama senja bersemayam
menari di atas panggung lalu kau mengasah pisau tipis
untuk mengerat nadiku keluarlah darah segar tertulis
sebagai keindahan namamu di gali dari rimbunan kata-kata
2014
Di Sebuah Taman
di sebuah taman
Rindu mengetuk daun waktu
menyusupbersamaanginmerdu
bagai riak kolam
kedip matamu direstui ikan-ikan
memecah kesunyian
yang berlumut di lidahku
ada guguran harapan
ada yang mekar serupa dendam
lalu dari ujung bulu matamu
berkelin dan manik-manik cahaya
menari di keluasan altar udara
menuju jantung puisi
yang berdegup kencang
di dalam dadaku
yang kini sesubur taman-Nya
2015
-----------------------
Muhamad Arfani Budiman, lahir di Bandung, 6 Januari 1989. Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung ini aktif di Arena Studi Apresiasi Sastra (ASAS) UPI. Buku puisinya: Pengakuan Bulan (2013).
Fajar Sumatera, Jumat, 13 November 2015
No comments:
Post a Comment