Friday, December 4, 2015

Sebatang Pohon yang Tegak di Seberang Jalan

Cerpen Adam Yudhistira



PEREMPUAN itu duduk diam seakan-akan sedang berpura menjadi batu. Matanya terkunci pada satu titik yang entah apa. Ia menekur, sesekali matanya berkedip. Sesekali pula ia memijat dada, memukul-mukul kepala, dan selebihnya, ia diam seperti batu. Perempuan itu bermata sendu. Pancaran matanya berkata: hidup adalah sebuah luka, luka yang sudah membusuk di dalam dada dan kepala.

Dari pagi sampai senja, perempuan itu duduk berjam-jam di depan rumahnya. Tidak ada sepotong kata pun yang meluncur dari mulutnya. Aku sering mencuri-curi pandang, berharap ia akan bernyanyi atau tersenyum, seperti dulu saat sedang menyiram bunga-bunga. Tetapi tidak, sepertinya perempuan itu lebih menyenangi diam dan berpura-pura menjadi batu.


Sajak-sajak Budhi Setyawan

Iman

serupa laut yang pasang dan surut
dengan deburnya membersitkan haru
perasaan pun membukit dan melembah
di antara gemuruh tafsir cuaca

angin dunia rajin mengirim ucapan
seperti belai kekasih lekapkan hangat
memerangkap napas hari hari
ke dalam pagut degup yang lena

di sepanjang pantai usia
tuhan
terlupa dalam suka
tersebut dalam duka

Purworejo, 2014